1. Filsafat ISlam 2. Oksidenalisme
3. Orientalisme 4. Islamics Studies
Buku ini memuat eksplanasi dan eksplorasi tentang transformasi yang terjadi dalam upaya mengarahkan cita-cita masyarakat pada tahun 80-an tentang strategi kebudayaan maupun siklus-siklus keilmuan. Buku ini tidak berisi tentang teori-teori filsafat yang idealistik dan terkesan mengawang-awang.
Gagasan Kebangkitan Islam (al-Nahdah al-Islamiyah) di dunia Arab-Islam telah mengantarkan kaum muslimin pada tiga persoalan utama; siakp terhadap tradisi Islam, sikap terhadap tradisi Barat, dna sikap terhadap realitas kekinian. Sikap terhadap ketiga persoalan ini menentukan positioning sikap kultural kita terhadap problem-problem kontemporer dalam menghadapi realitas kekinian umat Islam (al-asalah wal mu’asarah).

Hassan Hanafi melihat Kebangkitan Islam bukanlah dengan menonjolkan satu sikap kultural dengan mengesampingkan dua sikap kultural yang lain, melainkan harus berpijak dalam keseimbangan pada ketiga sikap kultural di atas. Hassan Hanafi berusaha keluar dari jebakan sikap apologetik-ideologis kelompok tradisional dan fundamentalis dan sikap a-historis kelompok modernis dan sekuler. Mneurutnya, ketidakseimbangan di dalam sikap kultural hanya akan menyebabkan pupusnya kesatuan identitas dan “keretakan yang payah” di kalangan bangsa Arab sendiri, sehingga peradaban, metode-metode pendidikan, dan aliran-aliran politik saling berbenturan, yang pada giliran hanya mengakibatkan kesatuan nasional dan identitas kebangsaan menjadi hancur.

Buku yang ada di tangan membaca ini merupakan salah satu eksplorasi kegelisahan Hassan Hanafi terhadap tiga sikap kultural yang tidak imbang, dalam kebudayaan Arab-Islam, terutama di ranah kajian filsafat. Sebuah identifikasi persoalan yang dia sebut dalam kerangka besar pemikirannya, sebagai bagian dari “problem-problem kontemporer”.

Di dalam buku ini, Hassan Hanafi mengungkapkan betapa filsafat tengah mengalami puncak krisis di tengah-tengah masyarakat Arab-Islam. Filsafat yang seharusnya merefleksi sebuah generasi dan peradaban, saat ini menurutnya, telah menjadi dokumen dan artefak beku yang terus menerus dibaca, dipelajari tanpa upaya mendialogkannya dengan realitas kekinian. Filsafat hanya “pajangan” pemikiran tanpa disertai pembacaan kritis dan kreatif terhadapnya.

Selamat membaca!