Meskipun telah melaksanakan shalat bertahun-tahun, belum tentu shalat kita seratus persen benar. Sebab, tanpa di sadari banyak sekali bacaan atau gerakan shalat yang belum sesuai dengan petunjuk Nabi. Padahal, Nabi berpesan, “Shalatlah sebagaimana kalian melihatku shalat.” Dengan demikian, setiap Muslim sudah semetinya memerhatikan hal-hal yang dapat mengurangi kesempurnaan shalat. Terlebih, kualitas shalat berkaitan dengan pahala yang akan didapatkan, kelak di akhirat. Haruskah makmum tetap membaca Al-Fatihah meski dalam shalat jahr (Maghrib, Isya’, dan Subuh)? Benarkah merapatkan shaf hanya dengan menempelkan jari kaki kepada kaki jamaah lainnya? Bolehkah menambah lafal “sayyidina” dalam shalawat ketka tahiyat? Mana yang lebih berhak jadi Imam, yang paling tua atau yang paling bagus bacaanya? Bolehkah shalat sambil menahan kencing dan kentut? Bolehkah menguap tanpa menahannya atau menutupnya dengan tangan?